Sabtu, 01 Desember 2012

Analisis Novel "Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin"

Unsur Intrinsik:
1.       Tema: (Percintaan) Perasaan yang tak pernah terungkap
2.       Gaya Bahasa:
·         Personifikasi: Hujan deras turun membungkus kota ini (Hal. 13)
·         Hiperbola: Demi membaca e-mail berdarah-darah itu, esoknya aku memutuskan pulang segera ke Jakarta (Hal. 230)
·         Personifikasi: Menuju tempat rumah kardus kami dulu berdiri kokoh dihajar hujan deras, ditimpa terik matahari. (Hal. 231)
·         Personifikasi: Bagian tajamnya menghadap ke atas begitu saja, dan tanpa ampun menghunjam kakiku yang sehelai pun tak beralas saat melewatinya. (Hal. 22)
·         Personifikasi: Aku berteman dengan lorong-lorong kantor yang kosong di malam hari. (Hal. 203)
3.       Sudut Pandang: Orang pertama pelaku utama
4.       Tokoh dan Penokohan:
·         Tania:
o   Rajin dan memiliki tekad yang kuat.
‘Ada banyak hal yang harus kukejar. Aku sudah tiga tahun tertinggal. Tiga tahun sia-sia! Dan karena aku sudah berikrar akan selalu menuruti kata-kata dia, maka saat dia mengusap rambutku malam itu sebelum pulang dari toko buku, dan berkata pelan: “Belajarlah yang rajin, Tania!”,  aku bersumpah untuk melakukannya.’ (Hal. 33)
o   Pencemburu.
‘Aku menghela napas. Benci sekali dengan pembicaraan itu. Menatap Ibu sirik. Kenapa sih Ibu akrab dengan Kak Ratna?’ (Hal. 41)
o   Menarik.
‘Ada banyak pria lain selain Adi dan cowok penjaga rak tadi yang tertarik padaku.’ (Hal. 15)
o  Memegang teguh janji
‘Tetapi aku ungat dengan janji dulu, aku tak akan pernah melawannya, tak akan pernah....’ (Hal. 55)
·         Dede:
o   Pintar
‘Dede juga sudah bisa menghafal semua abjad’ (Hal. 34)
o  Percaya diri
‘Dede benar-benar bebas sesore itu. Berlarian ke sana kemari. Percaya diri.’ (Hal 40)
o   Pandai menyimpan rahasia (Menyimpan rahasia Om Danar)
‘”Dari siapa?” aku bertanya penasaran kepada Dede. Menyelidik. Adikku pasti tahu semuanya.’ (Hal. 102)
·         Ibu:
o   Tekun dan tidak mengandalkan orang lain (Tetap rajin bekerja, demi membiayai anak-anaknya sekolah, walaupun sudah dibantu oleh Danar)
‘Seminggu kemudian Ibu mulai bekerja, menjadi tukang cuci di salah satu laundry mahasiswa......’ (Hal 34-35)
o   Hati-hati
‘Kata Ibu, “Tania, hati-hatilah di sana! Kita harus mengganti setiap barang yang rusak karena kita sentuh! Jaga adikmu, jangan nakal...”’ (Hal. 17)
·         Danar:
o   Suka memberi.
‘Dia rajin seminggu dua kali singgah sebentar di kontrakan baru. Membawakan makanan, buku-buku untukku, dan  permainan buat adikku.’ (Hal. 35)
o  Berprinsip kuat
‘”Tania, kehidupan harus berlanjut. Ketika kau kehilangan semangat, ingatlah kata-kataku dulu. Kehidupan ini seperti daun yang jatuh.... Biarkanlah angin yang menerbangkannya.... Kau harus berangkat ke Singapura!”’ (Hal. 70)
o  Dewasa
‘Dia menahan napasnya. Mencoba mengendalikan emosinya.’ (Hal. 56)
·         Ratna:
o   Sabar .
‘Aku meneriaki Kak Ratna keras sekali. Kak Ratna tidak marah, bahkan berkaca-kaca matanya.’ (Hal. 56)
o   Ramah.
‘”Kenapa kalian tidak mengajak Ibu, Kak Ratna, dan Kak Danar naik Bianglala?” Kak Ratna bertanya sambil tersenyum,....’ (Hal. 42)
5.       Amanat:
·         Jangan menunda-nunda sesuatu, sesuatu yang ditunda-tunda biasanya akan membuat dampak yang buruk. Seperti dalam novel ini, perasaan yang selama itu terpendam, baru diutarakan setelah semua keadaan tidak dapat diubah.
·         Tekunlah belajar agar dapat sukses kelak di masa depan.
·         Terima semua hal yang sudah terjadi. Karena hal yang sudah yang terjadi itu, adalah akibat perbuatan kita juga di hari sebelum-sebelumnya.
6.       Plot:
·         Perkenalan:
o   Ketika Danar menolong Tania yang tertusuk paku. Lalu Danar mengenal Tania dan Dede, adik Tania, lebih dalam, hingga Danar sering mengunjungi rumah Tania. Danar juga banyak membantu perekonomian keluarga Tania, hingga akhirnya Tania dan Dede bisa bersekolah. Tania juga mendapatkan beasiswa ke Singapura.
·         Pertikaian:
o   Ketika Danar hendak menikah dengan Ratna,pacarnya, Tania tidak mau datang ke pernikahan Danar dan Ratna. Selama beberapa tahun Tania dan Danar tidak berkomunikasi.
·         Klimaks:
o   Ketika Danar dan Tania bertemu di daerah rumah kardus Tania, ketika Tania miskin. Di situ, mereka mengutarakan perasaan mereka yang sebenarnya.
·         Antiklimaks:
o   Ketika Danar dan Tania mengetahui bahwa Ratna sudah hamil 4 bulan, dan pada akhirnya Tania menerima keadaan tersebut, dan dia tidak akan kembali ke Indonesia dan tetap berada di Singapura, agar perasaannya tidak kembali seperti kejadian ketika di Indonesia.
7.       Alur: Pada awal cerita mundur, dan pada akhir cerita agak campuran.
8.       Latar & Setting:
a)      Tempat:
·         Dufan
‘Kak Ratna bertanya sambil tersenyum, waktu kami makan malam bersama di salah satu kedai makanan yang banyak tersedia di Dufan.’ (Hal. 42)
·         Singapura
‘Ribuan larik cahaya kota Singapura cantik menimpa jalanan.’ (Hal. 203)
·         China Town
‘Saat makan malam di China Town.........’ (Hal. 130)
·         Bandara Changi
‘Pukul 15.00 aku mengantar mereka ke Bandara Changi.’ (Hal. 102)
·         Toko Buku
‘Aku tak tahu bagaimana kehadiranku setiap malam di toko buku ini bisa menarik perhatiannya.’ (Hal. 12)
b)      Waktu:
·         Malam hari
‘Malam ini hujan turun lagi. Seperti malam-malam yang lalu.’ (Hal. 7)
·         Siang hari
‘Kami makan siang di kantin mahasiswa (Hal. 101)
·         Sore hari
‘Hingga menjelang sore mereka tidak keluar-keluar dari kamar Ibu.’ (Hal. 55)
c)       Setting/Suasana:
·         Sepi
‘Naik lift lagi menuju lantai apartemenku. Berdenging. Sendirian melempar sepatu sembarangan’ (Hal. 204)
Unsur Ekstrinsik:
1.       Nilai Moral:
o   Memegang janji
‘Aku menyeka sudut mataku yang berair. Tidak. Aku sudah berjanji kepada Ibu untuk tidak pernah menangis. Apalagi menangis hanya karena mengingat semua kenangan buruk itu.’ (Hal. 31)

1 komentar: